Yang aku kira bahagia, ternyata luka.
Yang aku kira senyuman, ternyata topeng keterpurukan.
Yang aku kira selamanya, ternyata sementara & sesaat.
Yang aku kira care, ternyata fake.
Yang aku kira senyuman, ternyata topeng keterpurukan.
Yang aku kira selamanya, ternyata sementara & sesaat.
Yang aku kira care, ternyata fake.
Entah siapa yang bodoh…
Aku yang bodoh menyayangimu atau kamu yang terlalu bodoh menyianyiakan & melewatkanku?
Entah aku yang bodoh atau aku yang terlalu sayang?
Namun disaat kamu tega mengecewakanku berulang lagi, akupun masih tetap mampu memberikanmu maaf & kesempatan yang nyatanya kamu sia-siakan:’)
Aku yang bodoh menyayangimu atau kamu yang terlalu bodoh menyianyiakan & melewatkanku?
Entah aku yang bodoh atau aku yang terlalu sayang?
Namun disaat kamu tega mengecewakanku berulang lagi, akupun masih tetap mampu memberikanmu maaf & kesempatan yang nyatanya kamu sia-siakan:’)
Tangisanku tak selalu mengartikan ku lemah, hanya saja kamu perlu menghargai tangisku setelah aku memberikanmu senyum tak berkesudahan:’)
Senyumanku tak selamanya mengartikan bahwa aku tegar, hanya saja kamu perlu menghargai senyum ku disaat aku malu untuk terus menangisimu:’)
Senyumanku tak selamanya mengartikan bahwa aku tegar, hanya saja kamu perlu menghargai senyum ku disaat aku malu untuk terus menangisimu:’)
Bahagiaku saat aku bisa mengenalmu, namun perih yang ku rasakan saat aku menyayangimu tapi aku tersadar ada jarak diantara kita. Yaitu; Dia.
Tak perlu kamu membuat ku senyum & bahagia kalau pada akhirnya hanya luka & perih yang ku rasa.
Tak perlu kamu membuat ku senyum & bahagia kalau pada akhirnya hanya luka & perih yang ku rasa.
Tuhan…
Saat aku t’lah sembuh dari luka & rasa sakit hati ini, haruskah aku mengobati ulang luka lama yang tergores kembali?
Saat aku t’lah mampu mempercayai setelah berulang kali dikhianati & dikecewakan, harus aku membukakan & memberikan kesempatan yang kesekian kalinya ‘lagi’?
Saat aku t’lah terbiasa tanpa dia, haruskah aku mengulang semuanya dari awal?
Saat aku t’lah sanggup melupakan & berhenti menyayanginya, haruskah aku luluh ‘lagi’ dengan resiko akan dikecewakannya lagi? Disakitinya lagi? Dikhianatinya lagi? Dibohonginya lagi? Dan disia-siakannya lagi?
Saat aku t’lah sembuh dari luka & rasa sakit hati ini, haruskah aku mengobati ulang luka lama yang tergores kembali?
Saat aku t’lah mampu mempercayai setelah berulang kali dikhianati & dikecewakan, harus aku membukakan & memberikan kesempatan yang kesekian kalinya ‘lagi’?
Saat aku t’lah terbiasa tanpa dia, haruskah aku mengulang semuanya dari awal?
Saat aku t’lah sanggup melupakan & berhenti menyayanginya, haruskah aku luluh ‘lagi’ dengan resiko akan dikecewakannya lagi? Disakitinya lagi? Dikhianatinya lagi? Dibohonginya lagi? Dan disia-siakannya lagi?
Tuhan…
Sebisa mungkin aku tak ingin berjalan & melangkah mundur.
Tak ingin mengulangnya kembali dari awal seperti semula.
Tak ingin lagi terlalu menyayangi & mempercayai kalau harus berujung kecewa.
Aku tau & sadar, bahwa t’lah ada rencana Indah dibalik keterpurukan saat ini yang t’lah kau siapkan untuk ku, Tuhan:’)
Terimakasih ku ucapkan padamu, Tuhan… Dari rasa sakitnya, kecewanya, perihnya & terpuruknya aku, masih ada kesempatan darimu untuk aku merasakan kasih sayang yang lain. Dari Mereka; Yang menyayangiku, yang kini sempat & hampir terabaikan.
Sebisa mungkin aku tak ingin berjalan & melangkah mundur.
Tak ingin mengulangnya kembali dari awal seperti semula.
Tak ingin lagi terlalu menyayangi & mempercayai kalau harus berujung kecewa.
Aku tau & sadar, bahwa t’lah ada rencana Indah dibalik keterpurukan saat ini yang t’lah kau siapkan untuk ku, Tuhan:’)
Terimakasih ku ucapkan padamu, Tuhan… Dari rasa sakitnya, kecewanya, perihnya & terpuruknya aku, masih ada kesempatan darimu untuk aku merasakan kasih sayang yang lain. Dari Mereka; Yang menyayangiku, yang kini sempat & hampir terabaikan.
No comments: